Cr: Ownself Wat Arun-Thailand Suatu malam yang nggak tahu kapan gue tidur kaya biasanya. Ya tidur aja gitu. Terus mimpi. Iya kan ini biasa banget. Tapi asal kalian tahu kali ini gue mimpi ke Thailand. Di mimpi itu gue jalan-jalan gitu lihat kiri kanan, lihat orang-orangnya, lihat pemandangan sekitar. Gue lihat kanan-kiri semua tulisan (aksara) Thailand. Dalam hati gue ngomong “Sialan ini tulisannya kaya aksara jawa! Etdah susah banget kaga bisa dibaca, mending aksara jawa lah gue ngerti dikit-dikit dan nggak njelimet [1] gini”. Terus gue bangun. Gue emang ndeso [2] , belum pernah keluar negri. Ke luar pulau aja belum pernah. Ya emang dari orok, TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah pun gue di JAWA. Gue orang jawa, bahkan jawa tulen. Boro-boro naik pesawat, naik kereta aja belom pernah gue tu. Ya kemana pun pakenya mobil, keluarga gue banyak, ribet kalo pake transportasi umum gitu entar kececeran. Gue pingin banget keluar negri, pengin ketemu orang-o
cr: pinterest Kita telah berjalan terlalu jauh. Kamu dan aku tak lagi berjalan beriringan bersama. Kau dan aku terlalu sibuk dengan urusan dan ego masing-masing. Jarak yang terbentang lebih jauh dari kenyataannya. Isogon pun tak lagi menghubungkan garis-garisnya. Atau mungkin garisnya sudah pudar. Dalam sebuah zona waktu tertentu adalah penambahan bagian cerita dari diri kita masing-masing. Kita memang tak lagi sama. Kita sama mulai tumbuh dewasa dengan berbagai pemikiran dan konsep baru yang memenuhi otak kita masing-masing. Kata orang jarak hanya menyisahkan rindu. Tapi mungkin tidak lagi, kan? Kita sama telah terbiasa dengan kata itu. Rindu. Atau mungkin karena telah terbiasa, kita bahkan tak lagi mengenalnya. Kita saling merasa bosan dan letih karenanya, sehingga kita mengabaikan datangnya. Bukan menyambutnya. Senang dan sedihku kini tak lagi denganmu. Dan kini, kita, tak lagi saling menyapa.